Melawan Korupsi Lewat Peranan di
Keluarga
Oleh: Frengki Purba
INDONESIA
adalah salah satu negeri
yang tingkat korupsinya sangat tinggi. Sebab, banyak pejabat yang
menyelewengkan uang negara dan memanipulasi keuangan baik untuk kepentingan
pribadi maupun golongan. Korupsi memiliki banyak pengertian ilmiah menurut
pendapat berbagai tokoh maupun literatur.
Tapi
menurut pengertian yang sederhana, korupsi adalah
pemanfaatan sebuah jabatan untuk kepentingan pribadi atau kelompok yang
merugikan orang lain, korupsi bisa juga dibilang mengambil hak yang bukan
miliknya seperti pencuri/pembajak uang orang lain. Kita tahu bahwa korupsi itu
penyimpangan dalam kehidupan sosial bahkan di agama manapun, tindakan korupsi sudah
tentu berdosa.
Korupsi di Indonesia terus menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Tindak pidana korupsi sudah meluas dalam
masyarakat, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian negara
maupun dari segi kualitas tindakk pidana yang dilakukan semakin sistematis
serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Keprihatinan dan Ironi
TINGGINYA angka korupsi di
Indonesia menjadi sebuah keprihatinan dan ironi. Berdasarkan catatan Indonesia
Corruption Watch (ICW) (www.antaranews.com, 24 februari 2016), total kerugian keuangan negara
akibat tindak pidana korupsi sepanjang 2015 mencapai Rp31,077 triliun. Total
nilai kerugian negara pada 2015 sebesar Rp31,077 triliun dengan sebagian besar
modus yang digunakan adalah penyalahgunaan anggaran. Modus penyalahgunaan
anggaran sekitar 24 persen atau sebanyak 134 kasus dengan nilai total kerugian
negara Rp803,3 miliar. Kemudian terdapat sebanyak 550 kasus korupsi yang masuk
tahap penyidikan selama 2015, dengan rincian 308 kasus pada semester satu dan
242 kasus pada semester dua.
Modus
korupsi terbanyak kedua adalah penggelapan dengan jumlah 107 kasus dengan nilai
kerugian negara sebesar Rp412,4 miliar, ketiga "mark up" sebanyak 104
kasus dengan kerugian Rp455 miliar dan disusul penyalahgunaan wewenang sebanyak
102 kasus dengan kerugian Rp991,8 miliar. Korupsi lebih banyak terjadi di
sektor keuangan daerah dengan 105 kasus korupsi dengan kerugian negara sebesar
Rp385,5 miliar.
Sedangkan
jabatan tersangka yang paling banyak selama 2015 adalah pejabat atau pegawai
pemda/kementerian, disusul direktur dan komisaris pegawai swasta, kepala dinas,
anggota DPR/DPRD serta kepala desa/lurah dan camat.
Jauh
sebelum ini, korupsi di Indonesia juga sudah menggila. Karena itulah, pada tahun
2002, Indonesia mendirikan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), sebuah lembaga yang bertujuan untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi. Sebagai semangat untuk mendukung gerakan antikorupsi, Indonesia
juga merayakan hari antikorupsi setiap tanggal 11 Desember. Di level
internasional, Hari Antikorupsi diperingati setiap tanggal 9 Desember.
Jika ditelisik lebih dalam, kebanyakan
koruptor yang melakukan korupsi untuk kebutuhan yang mewah dan menambah harta
sang koruptor. Contohnya, para pejabat negara. Jujur, gaji para pejabat
sekarang sudah cukup bahkan lebih untuk membutuhi keluarga. Akan tetapi karena keserakahan
mereka, anggaran negara di berbagai proyek pembangunan dikorupsi. Parahnya,
dana Bantuan Sosial (Bansos) pun ikut dirorupsi. Padahal, kita tahu Bantuan Sosial itu adalah untuk
masyarakat yang tidak mampu dan juga untuk yang terkena bencana.
Korupsi dana bansos ini misalnya,
dilakukan mantan pemimpin Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho yang dihukum 6 tahun
penjara dan denda 250 juta. Gatot terbukti korupsi dana Bansos sekitar empat
miliar. Menurut saya, hukuman dan denda yang diberikan terlalu ringan. Kenapa,
karena dana yang dikorupsi sejatinya menyangkut kebutuhan masyarakat banyak.
Peranan Keluarga
MEMBERANTAS
korupsi memang sulit tetapi banyak hal yang dapat kita lakukan. Salah satu cara
yang paling efektif adalah melalui peranan keluarga. Keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat. Keluarga akan selalu mempengaruhi
tumbuh berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.
Peranan keluarga memang sangat perlu
dan terutama dalam mengatasi korupsi. Contohnya, peranan orangtua yang tidak
membiasakan anaknya hidup yang berlebihan atau tidak memberi barang-barang yang
tidak berguna yang dapat membuat karakter anaknya menjadi rusak. Dalam hal ini,
penting bagi orangtua agar mengarahkan anaknya hidup mandiri dan membiasakan
hidup yang jujur. Orangtua juga harus mengajarkan anaknya bagaimana hidup yang
kerja keras,
Yang
paling menonjol adalah peranan istri/suami. Di indonesia korupsi juga dilakukan
kaum hawa seperti contoh Anglelina Sondakh alias Angie merupakan tahanan KPK sekarang
yang juga merupakan mantan anggota dewan. Peranan istri/suamilah yang terutama
dalam membentengi diri dari korupsi. Bisa saja suami/istri yang dulunya anti
korupsi, terjerumus karena bujukan istri/suami atau karena hidup istri/suami
yang mewah, sehingga suami/istri mengambil tindakan korupsi. Sebagai pendamping hidup, istri/suami harus
bisa menghalangi, mengingatkan, atau bahkan mencegah jika suaminya atau
istrinya melakukan tindak korupsi. Istri/suami juga harus peka dalam menyikapi
keungan suami/istri. Dengan adanya peranan yang saling mendukung ini, maka si
suami atau si istri pun akan berpikir untuk malakukan korupsi dan mengambil
tindakan dengan tidak korupsi.
Anak juga mempunyai peranan untuk membentengi
diri dari tindakan korupsi. Caranya adalah tidak menghamburkan uang keluarganya
atau tidak membuat keluarga resah dengan tingkah laku sang anak. Kebanyakan
anak para koruptor banyak yang tidak terarah dan jauh dari suasana kekeluargaan
yang nyaman. Hal ini disebakan karena adanya prinsip keluarga yang instan terhadap
uang. Sejatinya, anak juga dapat
mengingatkan atau bahkan menegor orang tuanya agar tidak korupsi.
Berangkat dari pemahaman-pemahaman
ini, maka ada tiga peran yang dapat dilakukan keluarga, yaitu: (1) keluarga
adalah sekolah antikorupsi yang paling
baik untuk anak, (2) keluarga sebagai institusi kontrol perilaku korupsi dan (3)
kumpulan keluarga yang anti korupsi akan membentuk tatanan masyarakat yang
antikorupsi. Jika ingin mewujudkan antikorupsi dengan baik, maka langkah paling
efektif adalah dengan memaksimalkan peranan keluarga,
Dengan adanya kesadaran dari peranan
keluarga untuk memberantas korupsi, maka kedepannya kita akan bisa mewujudkan negara
yang bersih dari korupsi. Mari kita dukung setiap langkah pemerintah
dengan mewujudkan pentingnya peranan keluarga dalam mengatasi korupsi bukti
dari bahwa setiap keluarga sebagai garda terdepan dan juga ada aplikasi JAGA
yang diterbitkan pemerintah mengontrol keuangan di bindang kesehatan,
pendidikan. Sejatinya, ini bukan hanya
tugas KPK, Aku, Dan Kamu saja tetapi juga tugas kita sebagai Warga Negara
Indonesia.(*)
Penulis adalah
mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika Santo Thomas Medan. Aktif di Komunitas Menulis
Mahasiswa “Veritas” Unika Santo Thomas.
Good adik (y)
ReplyDeletethanks kak
Deleteselamat..ayo diisi terus blognya. jangan opini aja, boleh puisi,a rtikelatau cerpen. oke
ReplyDelete