Friday, July 10, 2020

TERKUAK!!! RENCANA PUNGLI OKNUM PETUGAS PDAM KABUPATEN DAIRI

Surat peringatan dari petugas PDAM kabupaten Dairi


RABU, 08 Juli 2020, petugas PDAM datang kerumah. Cek rekening air, lalu keluarkan surat peringatan tagihan yang didalamnya harus membayar tunggakan rekening air selama 3 bulan (april, mei dan juni)  sebesar Rp. 416.400. Kebetulan saat itu adek saya yang terima surat tersebut.

Angka yang cukup fantastis untuk golongan tarif Rumah Tangga B selama 3 bulan. Padahal rata-rata  pembayaran perbulan berkisar antara Rp 30.000- Rp 50.000 dan kalau denda hanya Rp 3.000 perbulan.

Surat peringatannya sebenarnya seperti surat abal-abal yang nominal nya tulis tangan, dan hanya jumlah uang yang di tulis disurat tersebut sementara jumlah pemakaian air tidak tertera sama sekali. Lucunya nominal nya ditulis di rumah kami bukan langsung dari kantor, jadi seandainya ditulis 1 juta bisa karena sudah ditandatangani dan di stempel Direktur PDAM Kabupaten Dairi. Kualitas suratnya untuk tingkat Kabupaten sangat memalukan.

Kamis, 09 Juli 2020 (besoknya).  Orang tua saya mendatangi kantor PDAM, sesampainya disana lalu dipanggil dan di ajak keruangan. Kata petugas karena menunggak 3 bulan, jadi harus membayar Rp 416.400. Karena tidak terima, orang tua saya bersikeras meminta menunjukkan bukti tagihan rekening air perbulannya. Akhirnya petugas memberikan dan ternyata terbukti bahwa ada rencana untuk pungli. Berdasarkan tagihan rekening air, bulan Juni Rp 28.500, bulan Mei Rp 69.000 dan bulan April Rp 33.900. Total Rp 131.400 jika di tambah denda selama 3 bulan Rp 9000 maka Rp 140.400.


Tagihan Rekening Air Bulan Juni 2020 sebanyak Rp 28.5000

Tagihan Rekening Air Bulan Mei 2020 sebanyak Rp 69.000

Tagihan Rekening Air Bulan April 2020 sebanyak Rp 33.900


Jadi rencana pungli kian berdasarkan surat peringatan Rp 276.000.

Ada oknum yang mencoba untuk pungli, padahal terima gaji perbulan. Yang mau di pungli pun petani yang kehidupan nya tidak menentu, ditambah sekarang karena Covid 19 harga hasil pertanian menurun drastis. Miris! Apakah gaji perbulannya kurang untuk beli beras dirumah? Kebetulan kami lagi panen padi memang kalau kurang silahkan datang kerumah akan kami beri karena tidak berhasil pungli.

MEMALUKAN, kemungkinan ini bukan kasus pertama dan bahkan ada yg sudah menjadi korban. Maka dari itu tolong Direktur PDAM Kabupaten Dairi memeriksa kelakuan jajaran nya dilapangan. Dan jangan lupa perhatikan pula pengaruh tingkat pelayanan terhadap kepatuhan masyarakat membayar tagihan rekening air di Kabupaten Dairi. kebetulan Bapak Direktur juga Magister Manajemen jadi sudah tau jika ingin melakukan riset tersebut.

#PUNGLI2020

Sunday, September 29, 2019

Generasi Z Jangan Bermimpi Jadi PNS


 
Ilustrasi (Sumber: saibumi.com)
Generasi Z (Gen Z) adalah generasi setelah Generasi Y (milenial), kelahiran dari tahun 1995 hingga 2010. Banyak juga yang keliru membandingkan kedua generasi tersebut, padahal keduanya sangat berbeda. Gen Z sedari lahir sudah akrab dengan teknologi digital seperti televisi, komputer (PC), Gadget, dan jejaring internet. 

Maka Gen Z disebut juga sebagai generasi era digital. Sementara Gen Y disebut sebagai generasi langgas, tidak terikat kepada sesuatu atau kepada seseorang (bebas).

Era Digital kian semakin canggih, Teknologi digital dan robot mengurangi buruh pabrik dan kantor. Hampir semuanya aktivitas operasional perusahaan dan industri serba digitalisasi. Akibat pengaruh teknologi yang menggantikan peran manusia. 
 
Ilustrasi
Pengaruh Revolusi Industri 4.0 membuat pengangguran bertambah tiap tahunnya. Lalu buat Gen Y dan Z apakah kita menyalahkan jaman yang tak bisa kita ikuti perkembangannya?

Tidak bisa dipungkiri menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) menjadi tujuan mayoritas generasi muda Indonesia. Mungkin PNS tidak begitu berpengaruh akibat perubahan teknologi karena peran manusia untuk melayani masyarakat masih sangat diperlukan. 

Disisi lain generasi muda tertarik menjadi PNS karena ingin kehidupannya terjamin sampai tua. Fenomena ini bisa kita lihat saat pendaftaran CPNS, berdasarkan portal SSCN, jumlah total pelamar PNS 2018 mencapai 4,43 juta orang dan yang diterima hanya sekitar 120 ribu orang.

Jika ditelisik peluang untuk masuk PNS sangat kecil sekali padahal membutuhkan banyak pengorbanan tenaga dan waktu, apalagi mengurus berkas yang ruwet. Maka dari itu setelah pengumuman banyak yang frustasi karena tidak lulus. 

Tentunya pengaruh ketidaklulusan menjadi PNS dapat menurunkan tingkat percaya diri Gen Z. Memang Gen Z cenderung suka mengeluh karena keadaan sehingga aktivitas dapat terganggu. Kemudahan segalanya karena pengaruh teknologi membuat Gen Z semakin manja dan terlena sehingga suatu waktu gampang mengeluh.

Mungkin bagi sebagian orang hanya mencoba sekali langsung jadi PNS dan sebagian lagi mencoba dua kali, tiga kali dan berkali-kali juga tidak masuk hingga batas usia yang ditentukan. Parahnya lagi mereka adalah pengangguran terdidik atau yang sudah mempunyai jenjang pendidikan tingkat tinggi. Tanpa kita sadari pendidikan tingkat tinggi di Indonesia cenderung mendidik mahasiswa/i menjadi pekerja bukan pencipta lapangan kerja (Job Creator).

Bidik Peluang
Memperoleh hidup yang terjamin tidak harus menjadi PNS, jangan keliru tentang hal itu. Bagi Gen Z karena sejak lahir kita sudah akrab dengan digital maka manfaatkan potensi yang kita miliki masing-masing. 
 
Ilustrasi (Sumber: tesbakatindonesia.com)
Tidak ada orang sukses tanpa pengorbanan dan kegagalan. Jangan pula sesekali mengatakan tidak bisa padahal belum mencoba. Potensi yang ada dalam diri harus tetap di asah dan dikembangkan. Lihat potensi yang ada dalam dirimu lalu lihat peluangnya.
             
Bob Sadino pernah mengatakan sekecil apapun usahamu Anda adalah bosnya. Artinya, kita yang mengatur usaha tersebut dan kita pula yang menentukan sukses tidaknya usaha kita. Apabila usaha kita ingin maju maka kita juga harus buat gebrakan baru yang mengikuti jaman digital. Gen Z harus melek teknologi dan informasi guna mengetahui peluang bisnis yang signifikan untuk di kembangkan.
             
Banyak sekali sekarang ini usaha-usaha baru yang timbul ditengah masyarakat. sehingga kita harus bisa mengetahui juga masalah baru yang terjadi saat ini dan menemukan jalan keluarnya. Begitulah cara seorang pengusaha berpikir kreatif dan inovatif. Menemukan masalah dan mencari solusi.
            
 Tidak hanya menjadi pengusaha, sekarang juga lagi trennya menjadi konten kreator. Profesi ini juga cukup menjanjikan karena usaha ini mengandalkan kekayaan intelektual yang kreatif dan inovatif dalam bentuk sebuah karya berupa tulisan, foto, gambar, video, suara dan lainnya. Wadahnya juga terdapat di media, terutama media digital seperti Youtube, Blogger, Facebook, Instagram, Website, dan masih banyak lagi.
             
Modal konten kreator juga terbilang tidak begitu besar karena hanya mengandalkan jaringan internet dan gadget. Tentunya profesi konten kreator tidak terikat dan butuh kerja cerdas. 

Maka peluang ini bisa dimanfaatkan Gen Z untuk menjadi lahan penghasil pundi-pundi uang yang bisa melebihi penghasilan PNS. Maka dari itu Gen Z jangan bermimpi jadi PNS karena peluangnya sedikit dan mulai dari sekitar kita untuk ciptakan ide bisnis dan juga pelajari menjadi konten kreator. 
*April 2019

Tuesday, July 16, 2019

Saatnya Milenial Donor Darah Rutin Agar Hidup Sehat dan Jadi Pahlawan

Donor darah di Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara (24/05/2019)


INDONESIA kekurangan sekitar satu juta kantong darah setiap tahunnya. Fenomena kekurangan darah di berbagai daerah kerap terjadi. Kekurangan tersebut dikarenakan minimnya pendonor sehingga persediaan tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan. Disisi lain, ada beberapa golongan darah yang memang kadang sulit untuk didapatkan.

Berdasarkan standar WHO (World Health Organization), jumlah kebutuhan minimal darah di Indonesia sebesar dua persen dari jumlah penduduk atau sekitar 5,2 juta kantong darah per tahun. Sementara, berdasarkan laporan tahunan Unit Transfusi Darah pada 2016 hanya tersedia 4,2 juta kantong darah dari 3,3 juta donasi. (mediaindonesia.com, 03 Juni 2018)

Kekurangan darah ini menjadi masalah klasik yang terjadi setiap tahunnya. Padahal kantong darah sangat diperlukan sewaktu-waktu saat terjadi insiden. Misalnya, Indonesia yang rawan bencana alam, sehingga PMI harus mengantisipasi setiap saat persediaan kantong darah dalam jumlah yang lumayan banyak. 

Begitu juga ibu yang mengalami pendarahan berat saat kehamilan atau pasca bersalin harus segera mungkin mendapatkan transfusi darah agar tidak mengancam nyawa. Demikian juga pasien yang kehilangan banyak darah setelah mengalami kecelakaan harus menerima tranfusi darah secepatnya. 

Kantong darah juga diperlukan secara rutin untuk pasien yang mengalami gagal ginjal atau penyakit lain yang harus melakukan cuci darah.

Menyimak kondisi tersebut, tentunya kita cukup prihatin terhadap kekurangan darah yang kerap terjadi. Bahkan kita mungkin sering mendapat pemberitahuan dari teman atau keluarga yang mencari pendonor untuk pasien dengan golongan darah yang sama.  

Kejadian seperti itu memang sering terjadi karena memang kekurangan darah atau golongan darah yang dimaksud juga langka. Jadi, sewajarnya persediaan darah harus sewaktu-waktu tersedia untuk membantu keselamatan nyawa yang membutuhkannya.

PMI dan Milenial
PMI (Palang Merah Indonesia) merupakan organisasi perhimpunan nasional yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. Memang jikalau mendengar PMI mungkin yang terbesit dipikiran kita adalah sebuah organisasi yang melayani donor darah dan sebagai distribusi kantong darah. 

Tranfusi darah sebenarnya salah satu kinerja PMI dibidang kemanusiaan dan kerelawanan.

Ketika membutuhkan darah, PMI menjadi wadah terutama untuk mencari persediaan darah. Keberadaan Unit Tranfusi Darah PMI di sejumlah daerah merupakan langkah strategis untuk membantu kekurangan darah setiap saat. 

Akan tetapi jumlah pendonor darah masih saja tidak seimbang dengan kebutuhan. Faktor minimnya pendonor membuat ketersediaan kantong darah selalu kekurangan.

Maka yang paling signifikan untuk mengatasi masalah kekurangan persediaan darah adalah mendorong kemauan generasi milenial atau kaum pemuda sebagai pendonor. Generasi milenial sebenarnya yang paling memungkinkan donor darah karena usia yang masih muda dan cukup produktif menyumbangkan darahnya.

Ketika generasi milenial mau dan secara rutin melakukan donor darah, maka persediaan darah di Indonesia akan cukup aman untuk memenuhi kebutuhan pasien yang membutuhkan tranfusi darah. Akan tetapi masih sedikit yang sadar untuk melakukan tindakan mulia tersebut. 

Banyak generasi milenial menganggap donor darah dapat membahayakan kesehatan atau berakibat buruk di masa depan. Stigma tersebut sering penulis dengar ketika mengajak teman atau kerabat untuk donor darah.

Padahal sebenarnya donor darah membuat kian sehat dan bugar. Manfaat donor darah lainnya, dapat menurunkan resiko terkena penyakit jantung, menurunkan berat badan, melancarkan peredaran darah, menurunkan resiko kanker, dan  secara psikologis ketika melakukan donor darah membuat kita turut senang dan mendapat kepuasan tersendiri karena kita turut menyelamatkan hidup seseorang.

Maka dari itu, PMI harus memberikan sosialisasi mendorong kaum milenial untuk turut melakukan donor darah. Ahli kesehatan dibidangnya juga dapat memberikan klarifikasi soal donor darah yang membahayakan. 

Dan juga menyadarkan mereka betapa sangat bermanfaatnya donor darah bagi kesehatan. Sehingga dengan demikian, stigma negatif sebelumnya dapat hilang dari benak generasi milenial.

Disisi lain yang perlu juga diperhatikan adalah keaktifan PMI untuk melakukan kegiatan donor darah secara rutin dibeberapa tempat. Memang biasanya PMI bekerja sama dengan sebuah instansi dalam aksi donor darah, namun hanya sementara saja. 

Sehingga dengan demikian, PMI harus gencar melakukan kegiatan-kegiatan donor darah untuk menggaet minat milenial.

Pengalaman pertama penulis saat donor darah memang ada rasa khawatir karena stigma negatif. Namun setelah mencoba donor darah ternyata bermanfaat bagi kebugaran tubuh. Tidak ada timbul masalah pasca donor, justru merasa senang karena dapat membantu nyawa orang yang membutuhkannya. Selesai donor, pihak PMI juga memberikan puding berupa susu dan telur ayam kampung.

Tetapi, tidak semua generasi milenial bisa sebagai pendonor karena beberapa faktor penghambat. Sebelum donor tentunya ada pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu. Nantinya petugas PMI akan memeriksa tekanan darah, berat badan dan Hemoglobin (Hb). 

Begitu juga, tidak dianjurkan melakukan donor darah jika sedang mengosumsi antibiotik, sedang hamil, sedang demam atau flu dan memiliki riwayat penyakit tertentu.

Aplikasi Reblood
Sebuah aplikasi android “Reblood” menfasilitasi kegiatan donor darah yang bekerja sama dengan PMI. Aplikasi tersebut memberikan dampak yang luar biasa untuk membantu PMI mengatasi masalah kekurangan persediaan darah. 

Reblood juga melakukan pendekatan bagi milenial dan menggerakkan mereka untuk rutin mendonorkan darahnya. Kebetulan pendiri Reblood merupakan milenial juga, yang bernama Leonika Sari.

Ide mengembangkan Reblood berawal dari kegelisahan Leonika, saat melihat kasus kekurangan stok darah. Menurut dia, rata-rata dalam setahun terjadi kekurangan 1 juta kantong darah. Di lain pihak, banyak masyarakat yang ingin menjadi donor tapi tak mengetahui cara mudahnya. 

Leonika pun berpikir untuk membuat aplikasi yang menghubungkan para donor dengan mereka yang membutuhkan darah. Sasarannya adalah anak muda yang akrab dengan gadget canggih dan bisa mengakses informasi dengan cepat. (bisnis.tempo.co, 18 Desember 2017)

Beberapa waktu lalu, Leonika menjadi tamu di sebuah acara televisi, Mata Najwa. Ia memaparkan bahwa Reblood memberikan solusi dengan menginformasikan event donor darah bagi calon pendonor. Pun demikian, Reblood juga mempunyai misi membuat donor darah menjadi gaya hidup sehat dan sebuah rutinitas bagi generasi milenial.

Di lain pihak, pemerintah turut memberikan penghargaan bagi pendonor yang sudah donor darah lebih dari 100 kali. 

Pendonor akan menerima PIN penghargaan Satyalencana Kebaktian Sosial. Akhir bulan Januari 2019, sebanyak 840 pendonor mendapatkan penghargaan tersebut dan disematkan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Dengan begitu, pendonor milenial akan terpacu untuk donor darah secara rutin. (*)
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika Santo Thomas Medan. Aktif di Komunitas Menulis Mahasiswa “Veritas” Unika Santo Thomas.

Monday, January 14, 2019

Kumpulan Puisi tentang "Alam"

Pemandangan alam dari Taman Wisata Iman Sitinjo, Dairi.


Alam Penghiburan
Tiupan angin silir-semilir berhembus perlahan
Dedaunan menari-nari kegirangan
Burung turut serta memecahkan kesunyian
Bersama alam dapat penghiburan
Hati senang bersenandung percintaan
Pikiran kian jernih berbuah senyuman

Ditempa Alam
Tidak bisa dipungkiri bahwasanya kita hidup dan kuat
Karena belajar dan ditempa oleh alam
Pandai bercocok tanam di tanah subur
Kuat dan semangat menaklukkan bebukitan
Mencari ikan mengarungi samudra
Dan kini alam terkembang jadi guru

Rusaknya Alam
Tanah subur terpapar untuk ditanami
Lautan terbentang luas untuk dijala
Bukit berbaris sebagai sumber mata air
Alam telah menyediakan segalanya
Tetapi kita malah serakah pada alam
Penambangan merambah luas dimana-mana 
Memaksanya mengeluarkan isi perut bumi

Ilmu Padi
Kian berisi kian merunduk, begitulah padi.
Bak manusia semakin pintar semakin merendah
Tapi! tidak semua manusia demikian

Wednesday, October 31, 2018

Meningkatkan Pendidikan Anak di Satuan Pendidikan

Ilustrasi Pendidikan Anak (pixabay.com)   
PENDIDIKAN merupakan suatu proses pembelajaran memberi latihan, ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran. Sejak berusia dini, manusia pada umumnya sudah diberikan didikan dimulai dalam keluarga. Didikan sederhana dari keluarga seperti cara berjalan, makan, berdoa dan masih banyak contoh sederhana lainnya. Senadanya pendidikan dimulai dari dalam keluarga atau disebut pendidikan informal kemudian dilanjut pendidikan formal di bangku sekolah dan hingga ruang lingkup masyarakat atau disebut pendidikan nonformal.
Sekolah merupakan wadah pendidikan formal bagi anak yang berlandaskan ilmu pengetahuan yang terstruktur, sesuai kurikulum yang disahkan melalui Peraturan Kementrian Pedidikan dan Kebudayaan  (Permendikbud). Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan dijelaskan pada pasal 1 ayat (2) Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Dalam dunia pendidikan peran sekolah merupakan yang signifikan terhadap perkembangan pengetahuan akademis anak, dikarenakan sekolah menjadi wadah utama pendidikan sebab disana ada tenaga pengajar yang khusus untuk mendidik anak.

 
Pada dasarnya tujuan pendidikan dalam keluarga (informal) adalah menanamkan nilai-nilai kebaikan sedari kecil sedangkan pendidikan dalam masyarakat (non formal) lebih kepada mengajarkan sosial dan moral anak. Kendati demikian peran keluarga dan masyarakat tidak kalah penting dari peran sekolah dalam menambah ilmu pengetahuan sang anak. Kesadaran dan keaktifan keluarga dan masyarakat menjadi faktor terpenting guna mendorong kemampuan akademis maupun non akademis anak. Terkadang keluarga acuh tak acuh terhadap perkembangan pengetahuan anak sehingga menaruh sepenuhnya kepada pihak sekolah. Hal demikian kerap sekali terjadi di dalam keluarga sehingga anak kurang di perhatikan dan kurang didikan dari dalam rumah, akibatnya perilaku anak diluar tidak begitu baik.
Pendidikan dalam masyarakat (non formal) adalah pendidikan terstruktur diluar pendidikan formal namun lebih cenderung ditengah masyarakat. Sebagai contoh pendidikan non formal ialah kursus musik, Taman Pendidikan Al-Qur’an, sekolah minggu, bimbingan belajar dan sebagainya. Peran masyarakat tidak kalah penting dari peran keluarga dikarenakan manusia merupakan mahluk sosial dalam arti saling membutuhkan. Jiwa sosial anak yang tinggi akan menggambarkan bagaimana dia mengimplementasikan pengetahuannya ditengah masyarakat.
Sinergi Peran Keluarga dan Masyarakat
Memang beda sekali antara peran keluarga dan masyarakat untuk mendukung anak di satuan pendidikan. Tetapi sinergi keduanya dapat dioptimalkan sebagai senjata strategis mendukung pengetahuan akademis dan non akademis anak.  Dalam satuan pendidikan, sinergi antara peran keluarga dan masyarakat merupakan suatu penyatuan yang sangat penting sekali diterapkan. Mengingat anak lebih lama beraktivitas diluar sekolah sehingga pendidikan formal tidak terlalu efektif mengontrol karaketer anak tersebut.
Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 pasal 1 ayat (2) Komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. Jelas sekali tertulis pada ayat tersebut bahwa peran keluarga dan masyarakat tidak terlepas dari satuan pendidikan. Maka sinergi keluarga dan masyarakat dapat terealisasikan melalui komite sekolah. Pendidikan formal di sekolah akan berjalan baik ketika ada peran masing-masing stakeholder yang merujuk pada pemaksimalan pendidikan anak di satuan pendidikan.
Meningkatkan mutu pelayanan pendidikan merupakan suatu komitmen berdasarkan prinsip gotong royong. Dalam hal ini sinergi keluarga dan masyarakat adalah yang dimaksud dalam Permendikbud No. 75 Tahun 2016 tersebut. Mutu pelayanan pendidikan tidak selamanya menjadi tupoksi (tugas, pokok dan fungsi) pihak sekolah, karena sekolah juga terbatas dalam hal itu. Maka apa peran keluarga dan masyarakat dalam mutu pelayanan pendidikan?

 
Pertama peran keluarga, sebagai orang tua/wali tentunya berperan cukup efektif dalam mendukung satuan pendidikan/sekolah untuk memaksimalkan pendidikan terhadap anak. Contoh dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah memberikan kontribusi kepada pihak sekolah berupa sumbangsih pemikiran yang membangun melalui pertemuan orangtua/wali yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Keluarga juga turut berpartisipasi mendorong anak dalam kegiatan kokurikuler,ekstra kurikuler, dan kegiatan lain untuk pengembangan diri anak. Orangtua/wali juga harus bersedia menjadi komite sekolah dan mengambil peran sebagai pengontrol kebijakan sekolah supaya tidak ada penyimpangan. Selanjutnya keluarga turut ambil dalam pencegahan pornografi, pornoaksi, dan penyalagunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Sebagian besar kesalahan orangtua/wali adalah masalah perhatian yang masih kurang terhadap anak sehingga anak mencari pergaulan bebas diluar yang dapat terjerumus kepada kehancuran.
Pelibatan keluarga pada lingkup keluarga adalah (1.) Menumbuhkan nilai-nilai karakter anak di lingkungan keluarga, (2.) Memotivasi semangat belajar anak, (3.) Mendorong budaya literasi, (4.) Menfasilitasi kebutuhan belajar anak. Didalam keluarga apabila sudah turut ambil terlebih dahulu sebagai lembaga yang sentral pada pendidikan anak maka sejatinya di satuan pendidikan mendidik anak akan lebih mudah.
Masyarakat merupakan gabungan dari keluarga yang sosial. Tidak lupa peran masyarakat juga cukup signifikan dalam mengontrol karakter anak dan peka terhadap satuan pendidikan anak. Dalam hal ini, peran masyarakat adalah mencegah peserta didik dari perbuatan yang melanggar peraturan satuan pendidikan dan yang menggangu ketertiban umum. Sebagai contoh peran tersebut adalah mencegah siswa untuk cabut atau bolos sekolah. Biasanya mereka akan bolos ke tempat penongkrongan, warnet, dan tempat hiburan lainnya. Maka sebagai masyarakat jangan di izinkan siswa yang masih jam sekolah atau masih menggunakan seragam walaupun sudah sepulang sekolah untuk bermain di tempat hiburan. Apabila hal itu terjadi, masyarakat harus menegur siswa tersebut atau melaporkan kepada pihak sekolah dan orangtua/wali apabila dikenal.
Selanjutnya, mencegah terjadinya perkelahian atau tindak anarkis yang melibatkan pelajar. Perkelahian dan tindak anarkis kerap sekali terjadi di tengah masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bentrok antar pelajar selalu meresahkan masyarakat dan membuat kerusakan fasilitas umum. Peran masyarakat dalam hal ini adalah mencegah hal tersebut terjadi dan melaporkan kejadian atau peristiwa kepada pihak yang berwenang.
Peran masing-masing sekolah, keluarga, dan masyarakat memang ada batasnya dalam meningkatkan pendidikan anak di satuan pendidikan. Keterbatasan itu kadang menjadi alasan untuk tidak begitu peduli mengenai perkembangan pendidikan anak. Maka, sudah saatnya kita ambil peran masing-masing tersebut, bersinergi satu sama lain dalam mendukung segala keterbatasan tersebut. Jika peran tersebut berjalan dengan baik niscayanya akan memotivasi anak di satuan pendidikan, sehingga anak dapat belajar dengan baik dan mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat demi kemajuan bersama. ***
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika Santo Thomas Medan. Aktif di Komunitas Menulis Mahasiswa “Veritas” Unika Santo Thomas.